Selasa, 23 Februari 2010

Bandeng Cabut Duri jadi Makanan khas Semarang

Produk makanan bandeng cabut duri, akan dijadikan ikon Makanan khas kota semarang Sebab, prospek perkembangan penjualan produk bandeng cabut duri dinilai Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang Ida Purnomowati cukup bagus.

Ida mengatakan, Selama ini semarang indetik dengan bandeng duri lunak. Namun dari segi rasa bandeng duri lunak tidak mengalami banyak perubahan."Dari dulu bandeng duri lunak rasanya begitu-begitu saja."kata Ida usai meresmikan integrated cummunity development (ICD)(ICD) Centre milik Rumah Zakat Indonesia Cabang Semarang.

Oleh karena itu, Dinas Kelautan dan Perikanan akan berupaya mengembangkan teknologi bandeng cabut duri. Dengan olahan bandeng cabut duri, diharapkan bisa menghasilkan berbagai macam rasa. Sehingga kelezatan daging bandeng dapat disantap tanpa direpotkan oleh duri.

“Sebenarnya banyak orang yang suka dengan berbagai macam olahan dari ikan bandeng. Tapi sayangnya, selalu banyaknya duri yang jadi masalah,” ujarnya.

Empat Kali

Berdasarkan penelitian, ikan bandeng memiliki kandungan omega 3 empat kali lebih banyak dari ikan salmon. Sehingga akan lebih baik bila memasyarakatkan serta mempromosikan ikan bandeng dalam berbagai macam teknologi olahan, seperti bandeng cabut duri.

Ida mengakui, selama ini jumlah hasil ternak ikan bandeng dari tambak-tambak yang ada di Kota Semarang masih belum mencukupi kebutuhan produksi olahan bandeng untuk Kota Semarang. Sehingga para pengusaha masih harus mendatangkan dari luar kota seperti Jepara.

“Kami optimistis bahwa teknologi pengolahan bandeng cabut duri di Semarang akan bisa berkembang,” tuturnya.

Salah satu bandeng cabut duri dapat ditemukan di UKM Batari milik Rumah Zakat Indonesia Cabang Semarang, yang kemarin diresmikan oleh Ida. UKM ini adalah salah satu upaya Rumah Zakat Indonesia untuk menangani kemiskinan secara terpadu.

Begitu pula dengan ICD. Dengan basis kerja wilayah tertentu seperti kelurahan/kecamatan diharapkan bisa menjadi pusat inkubasi pemberdayaan di wilayah tersebut agar proses pendampingan, intervensi, dan monitoring berjalan efektif dan efisien. Monitoring dilakukan dengan media kendali berupa kartu mandiri yang diisi tiap waktu kunjungan.(J8-41)

sumber : suara merdeka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar